Menu

Dwi Handoko, “Banteng” dari Blitar Selatan

Dwi Handoko, “Banteng” dari Blitar Selatan

Dwi Handoko, Kepala Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar

Tinggal di pelosok selatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tidak menjadikan semangat dan pemikiran Dwi Handoko (41) ikut-ikutan kecil. Ia memiliki cita-cita besar untuk memajukan desanya dan menyumbangkan inovasi dari desanya untuk kemajuan negeri.

Hidup di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, yang berjarak 36 kilometer arah selatan Kota Blitar, menjadikan akses warga terhadap berbagai hal  tidak semudah warga  yang tinggal di perkotaan. Namun, keinginan besar mendorong Handoko berani menerjang beragam rintangan.


Ia membuka diri untuk belajar dari semua orang yang dikenalnya guna mengasah kreativitas hingga melahirkan inovasi. Kerja keras dan semangatnya itu, menjadikan orang menyebutnya Banteng dari Blitar Selatan.

Handoko adalah pria lulusan SMA Negeri 1 Talun, Blitar. Tahun 1996-1997 ia pernah mencoba kuliah di politeknik di Kota Malang. Namun, saat itu ia lebih banyak menghabiskan waktunya bermusik dengan teman-temannya. Ia gandrung musik grunge yang dibawakan  Nirvana.

Tidak puas dengan hidupnya, Handoko menyeberang ke Kalimantan untuk bekerja pada  perusahaan kontraktor selama setahun. Tahun 1999, Handoko memutuskan pulang ke Serang dan menikah tahun 2000. Saat itu, ia membangun usaha serat nanas kecil-kecilan dan mulai aktif di karang taruna di desanya.  Berikutnya, Handoko mulai membangun usaha kontraktor sendiri di Blitar.

Hidup Handoko sebenarnya sudah berkecukupan. Namun, nuraninya terusik saat mendapati tidak ada perubahan berarti di kampungnya. Sebagian besar warga di desanya adalah lulusan SD. Sebanyak 60 persen warga di sana memilih menjadi TKI di Malaysia, karena tidak ada yang bisa diharapkan dari desa mereka. Jumlah penduduk Desa Serang 4700-an jiwa.

Potensi
Berbekal tekad untuk mengubah keadaan desanya, Handoko mencalonkan diri menjadi kepala desa pada tahun 2013. Ia pun terpilih. Sejak itu, Handoko mulai melihat salah satu potensi di desanya adalah keindahan Pantai Serang. Hanya saja, saat itu pantai dikelola oleh pemerintah daerah. Selama ini, warga desa nyaris tidak mendapat manfaat dari kawasan wisata itu selain “jatah” sampah.




KOMPAS/DAHLIA IRAWATI--Dwi Handoko menggerakkan warga Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, untuk memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya.

Padahal, warga Desa Serang sudah memiliki niat turut menjaga alam di sana. Salah satunya dengan tidak menjual telur dan daging penyu yang menjadi salah satu potensi Pantai Serang. Handoko memulai kampanye membeli telur penyu yang didapatkan warga, dan menggantinya dengan insentif RP 1000 per telur. Telur ‘dibeli’ Handoko untuk ditangkarkan agar tidak lagi dijual/dikonsumsi sebagaimana kebiasaan turun temurun di sana.

Saat nelayan menangkap penyu, Handoko juga akan mengganti uang lelah nelayan tersebut dengan uang terima kasih yang cukup. Penyu tersebut kemudian  dilepas lagi ke laut.

Handoko mengajak anak-anak muda di desanya membentuk komunitas konservasi penyu ‘Segoro Lertari’ pada  2014. Mereka diajak memelihara penyu dan melepaskannya kembali ke laut.

Dengan modal niat baik menjaga alam Pantai Serang, tahun 2015 Handoko memberanikan diri meminta pada Pemkab Blitar agar Desa Serang bisa turut mengelola wisata Pantai Serang. Hal itu seiring dengan diberiknya desa kewenangan untuk mengelola kepentingan desa sebagaimana diamanatkan UU Desa Nomor 6 Tahun 2014.

Dialog dan negosiasi berjalan lintas institusi, dengan melibatkan Perhutani. Setelah berjuang selama hampir 3 tahun, pada  Mei 2018 lalu Desa Serang akhirnya  mendapatkan hak pengelolaan Pantai Serang. Pantai dikelola tiga institusi yaitu Desa Serang, Pemkab Blitar, dan Perhutani. Sistem pengelolaannya bagi hasil.

Pengelolaan Pantai Serang menjadikan Desa Serang mulai mendapatkan penghasilan. Warga desa mulai membuka warung makan, bekerja mengelola pantai, dan aktivitas pendukung lain. Beragam festival digelar di pantai selatan tersebut. Dampaknya, ekonomi desa mulai tertata dan Desa Serang mulai dikenal orang.




KOMPAS/DAHLIA IRAWATI--Dwi Handoko, Kepala Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, di depan kandang ternak kambing.

Tidak berhenti di situ, Handoko mulai mencari ide agar perekonomian masyarakat di sana turut menggeliat. Pada 2017 mulai dibuat badan usaha milik desa (BUMDes) ternak kambing dengan menggunakan dasa desa. Saat itu, Desa Serang menganggarkan dana desa sebesar Rp 100 juta untuk membeli 100 ekor kambing betina, dan sisanya untuk biaya membeli obat dan keperluan ternak lainnya. Kambing tersebut dititipkan ke warganya untuk dipelihara. Nanti, anak kambing yang dilahirkan akan dibagi dua antara desa dan warga.

Adapun untuk kambing mati atau mandul, maka BUMDes akan menggantinya. Ini karena perawatan induk kambing masih menjadi tanggung jawab desa, sedangkan perawatan anak kambing, menjadi tanggung jawab pemelihara.

Saat ini, dari 100 ekor kambing yang dipelihara masyarakat, sebanyak 8 ekor di antaranya mati (diganti oleh BUMDes). Per Mei 2018, dari modal awal 100 ekor kambing, desa sudah mendapat anak kambing sebanyak 27 ekor.

“Harapannya dengan BUMDes ini warga desa bisa memiliki tambahan kegiatan yang bisa meningkatkan perekonomian mereka sehingga mereka tidak perlu pergi ke luar desa untuk mencari pekerjaan. Kami bisa membangun dan memajukan desa bersama-sama,” kata Handoko.

Dengan bergulirnya program kambing rakyat, ditambah semakin majunya sektor wisata Pantai Serang, secara perlahan kondisi ekonomi warga Desa Serang mulai meningkat. Dari sebelumnya setiap Senin dan Kamis selalu ada bank thithil atau rentenir berlalu lalang, saat ini sudah tidak ada lagi. Jumlah penduduk desa bekerja sebagai TKI pun terus berkurang.

Tidak ingin berhenti di sana, Handoko terus mengasah idenya agar Desa Serang tidak berpuas diri di sana. Ayah dua anak itu bercita-cita, Desa Serang bisa menjadi sentra kambing. Orang akan datang ke Serang bukan hanya untuk berwisata, namun juga untuk mencari kambing-kambing berkualitas.

Bisa jadi, BUMDes akan berkembang tidak hanya memelihara kambing, namun juga sapi. Siapa tahu, dari Serang akan banyak menyuplai kebutuhan daging nasional. Cita-cita Handoko sebagaimana dirumuskannya dalam kalimat: dari desa untuk negeri, masih terbuka lebar.

Dwi Handoko

Lahir: Blitar, 15 April 1977

Pendidikan: SMA Negeri 1 Talun

Jabatan : Kepala Desa Serang

Istri        : Yuliantina

Anak       :
1. Elang Ahmad Marhaenata Al-Akbar
2. Lintang Dyah Naila Prameswari

Penghargaan:
Desa Inovatif 2015 dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Juara I Lomba Perencanaan Desa Wisata 2015 Pemerintah Kabupaten Blitar

Ads middle content1

Ads middle content2